Tidak seperti
hari yang lalu yang biasa. Semua biasa. Hari ini berbeda. Langit berselimut
penuh, memeluk segenap diri matahari. Keegoisan, keserakahannya saat ini begitu
membara dalam kubangan udara yang membeku, enggan membagi sinar dari
kekasihnya; yaitu matahari; kepada bumi yang membiru dingin. Gelap, pengap.
Tanpa tanda kehidupan yang tersibukkan. Semua tertahan dalam sarang. Bercengkrama
dalam sarang masing-masing, dan memakan seluruhnya waktu di dalamnya.
Kehangatan yang membeku memagari lingkaran bumi. Dari hal tersebut merupakan
alasan mengapa seseorang masih mendekam bersama kapuk yang terbungkus kain di
dalam ruang kecil yang sedikit lebih hangat dari udara yang berlalu lalang di
luar. Sendiri. Menerawang langit, berusaha menyingkap selimutnya yang semakin
pekat. Dengan pikiran, mungkin dibalik selimut pekat tersebut seseorang yang
dirindu akan turun dari negeri sana. Tapi sia-sia, itu hanya berakibat lamunan.
Sekujur tubuh yang gemetar membiru seperti hatinya kini.
Angin
berlari-lari sangat kencang, langit menghitam, suhu berselancar ke dasar batas
minus. Dinding kamar yang tebal tidak mampu melindungi dari udara yang menusuk
hingga ke sumsum tulang. Semua terasa dingin kecuali kelopak mata yang begitu
panas. Hingga air yang mengalir mendidih membelah kebekuan wajah. Dia tak ingin
dan tidak akan mencoba menerjemahkan arti gemuruh hati. Karena ketakutan akan
kesalahan dalam menghakiminya. Yang dapat menciptakan sebuah tirani yang besar
dan menambah beban batin. Cukup beban kerinduan yang menguasai dayanya.
Sebuah ataupun
beberapa sebab dari kerinduan, hingga kini tidak dapat dijelaskan, dengan
apapun itu. Tetapi akibat darinya sangat membekas serta menancap ke dasar hati.
Dia yang dirindu sekaigus yang tidak pernah disapa atau menyapa sekalipun,
tiba-tiba menyusup dan menjadi bagian yang besar dalam hidup ini. Setiap
hembusan nafas, bayangannya mengelus wajah. Setiap detak jantung, menggantung
harapan semu tentangnya. Tetapi walaupun semu, mengapa tak sedikitpun gentar
menghalangi dalam berlabuh samudera rindunya. Semakin sering memikirkan hal
ini, maka semakin hilang kenyataan hidupnya. Karena pertemuan mereka hanya
bayangan. Dan apapun yang di dalamnya adalah sesuatu yang jauh dari kenyataan
walau sangat nampak dalam kenyataan batinnya.